VISIT INDONESIA 2008
Masih segar diingatan kita bahwasanya semenjak kita masih mengenakan seragam merah putih, kita sudah mulai ditanamkan pemahaman di kepala kita bahwa Indonesia adalah negeri indah dengan beribu-ribu pulau dan sejuta pesona alam maupun budaya. Melalui salah satu cabang ilmu pendidikan sosial yakni Geografi, kita telah diperkenalkan dengan gambaran geografis negeri ini melalui media visualisasi buku bernama Atlas. Hamparan hijau yang terbentang dari Sabang hingga Merauke serta dikelilingi oleh laut dan samudera yang luas serta di setiap daerah memiliki keistimewaannya masing-masing. Mulai dari Pulau Weh di Aceh yang indah dengan laut dan pantainya hingga ke Merauke, kawasan paling ujung timur Indonesia yang masih menunggu kita untuk mengeksploitasi kawasan tersebut dengan potensi alamnya yang tak kalah eksotisnya.
Indonesia, sebuah negeri terkenal dengan keanekaragaman budayanya seakan tak kan pernah habis untuk dieksplorasi dari Timur sampai ke Barat dan dari Utara hingga ke Selatan. Ragam kontur alamnya yang terdiri dari pantai-pantai, perbukitan, pegunungan serta lembah-lembah juga tidak dapat dikesampingkan begitu saja. Keragaman budaya seni dan budayanya serta tipikal penduduknya yang heterogen juga termasuk salah satu daya tarik dari negeri yang dijuluki sebagai “Zamrud Khatulistiwa” ini.
Kondisi Pariwisata Indonesia
Berbicara tentang dunia pariwisata Indonesia, berarti kita harus mengenal terlebih dahulu potensi wisata yang dimiliki oleh negeri ini. Jika dibandingkan dengan negara lain, sepertinya Indonesia memiliki Nature Resource (Sumber Daya Alam) yang mungkin sedikit mencengangkan bagi penduduk dari belahan dunia lainnya. Indonesia memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh negara-negara lain pada umumnya. Keragaman budaya serta kondisi geografisnya adalah satu hal yang tidak semua kawasan di dunia bisa memilikinya. Namun, semua itu terasa seakan kurang bisa dimanfaatkan dikarenakan oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah pengawasan dan pengelolaan yang masih belum maksimal. Jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya yang telah mengakomodir pariwisata mereka dengan maksimal, mungkin Indonesia sudah tertinggal jauh dari mereka. Disamping itu, salah satu aspek penyebabnya disebabkan oleh kurangnya alokasi dana untuk perawatan objek wisata (menurut saya) serta sikap dari masyarakatnya yang terkadang kurang memberikan respect (menghargai) dan kesadaran terhadap potensi wisata yang dimiliki oleh daerahnya sendiri. Hal ini dapat dilihat dari kebiasan penduduk setempat yang kurang memperhatikan masalah kebersihan di daerah lingkungan wisata bahkan di lingkungan tempat mereka berdomisili.
Tidak bisa dipungkiri bahwasanya tingkat kesadaran penduduk Indonesia akan hal ini masih jauh dari yang diharapkan. Mulai dari kebiasaan serta tabi’at yang kurang berkesan hingga beberapa budaya negatif yang disukai oleh masyarakatnya seperti kurang menghargai disiplin serta memiliki kecenderungan untuk merusak. Merusak disini saya artikan sebagai kecenderungan terhadap kurangnya kesadaran untuk memelihara dan menjaga segala aset yang sudah dimiliki. Tidak jarang kita melihat diberbagai objek wisata terdatap berbagai macam graffity yang tidak pada tempatnya serta merusak pandangan.
Khusus untuk masalah kebersihan, kita bisa mengambil contoh kasus pada disiplin masyarakat dalam membuang sampah. Masih dengan mudahnya kita dapati sampah yang dibuang sembarangan di objek-objek wisata maupun lingkungan sekitarnya, padahal tidak jauh dari tempat tersebut telah disediakan tempat-tempat sampah.
Kita semua mungkin setuju bahwasanya dalam hal ini kita tidak bisa hanya menyalahkan penduduk/masyarakat atau para wisatawan domestik yang cenderung tidak memperhatikan dimana seharusnya membuang sampah (bukan berarti wisatawan asing tidak melakukannya juga) serta kelalaian pihak pengelola wisata, baik pihak swasta maupun pemerintah. Dimulai dari kinerja yang kurang maksimal dan kurangnya kesadaran akan arti kebersihan.
Kasus lain yang ditemui disekitar tempat wisata di Indonesia adalah adanya pedagang asongan serta pedagang kaki lima yang terkesan kurang teratur, juga pedagang yang menjajakan dagangannya dari mobil ke mobil atau mobile selling yang terkesan ngotot dan mengganggu suasana liburan. Niat awalnya ingin merasakan suasana yang nikmat dan santai sewaktu liburan, eh malah dikerubuti pra pedagang yang ngotot kepada kita untuk bersedia membeli dagangan mereka. Sebel?? PASTINYA...
Namun dibalik itu semua, wisata alami Indonesia tetap tidak ada duanya. Walaupun terkesan kontras dan ironis dengan kondisi pendukung pariwisatanya sendiri. Hamparan hijau alam Indonesia selalu menggugah semangat kita untuk ingin mengunjungi dan menggali potensi khasanah budaya serta alam yang elok ini.
Wisata lain di Indonesia
Suatu hal yang sedikit menggelitik saya akan tingkah dan keinginan sebagian dari kita para turis domestik di negara ini. Terkadang kita malah dengan pede-nya pengen berwisata ke luar negeri, baik itu ke negeri tetangga maupun antar benua seperti Eropa dan Amerika. Ingin merasakan romantisnya Venisia, ingin berkunjung ke menara Eiffel-nya Perancis atau ke surganya para tokoh kartun dunia di Disney Land, Amerika Serikat. Tapi tahukah anda bahwasanya tanpa kita sadari negeri kita saja belum sepenuhnya telah kita nikmati, malah berkeinginan melancong ke luar negeri (sorry, no offense). Apa sih kurangnya Indonesia? Bahkan bagi teman-teman yang sudah menceritakan pengalamannya sekembali dari luar negeri mengatakan, nothing is beautiful than Indonesia. Yang lebih mencengangkannya lagi ada beberapa orang rekanan saya yang notabene adalah warga benua Eropa menyatakan ketertarikannya akan negeri yang memiliki jargon Bumi gemah ripah loh jinawi, toto tentrem kerto raharjo ini. Budaya Indonesia dan wisata Indonesia jauh lebih menarik dan lebih eksotis. Saya yakin, sudah sepatutnya dong kita bangga punya negeri kayak Indonesia? So pasti..!!
Lalu mengapa program Visit Indonesia lebih banyak dipromosikan ke luar negeri? Mungkin karena kita berpikir, “ah, saya kan orang Indonesia, jadi kalaupun pengen wisata ya keluar negeri aja lah, wong saya lahir di Indonesia, tinggal di Indonesia, Ngapain visit Indonesia terus, pengen donk keluar negeri” dan bla bla bla ribuan alasan lainnya. Saya rasa argumen-argumen seperti ini sudah saatnya untuk mulai dihapuskan. Sangat tidak lucu sekali disaat kita belum mengenal sepenuhnya akan alam dan budaya kita sendiri namun sudah menjelajahi dunia luar dan pada saat yang bersamaan kita dipertanyakan oleh para penduduk luar negeri tempat kita berkunjung tentang alam dan budaya kita sendiri sementara kita sendiri cuma mampu menjawab, ”sorry, I never go to that place before” atau “sorry, i never know about it”? Ironis sekali rasanya kalau menurut saya. Bagaimana dengan argumen anda?
Bagaimana jika kita berkeinginan untuk berpromosi kepada kawan-kawan di daerah lain? Kita bisa memulainya dengan melakukan ekspos tentang keragaman hayati di negeri kita melalui blog, website, atau sekedar obrolan ringan di IRC atau Yahoo Messenger yang lagi trend, atau lewat situs jejaring sosial seperti Friendster atau Facebook. Ungkapan-ungkapan sederhana namun bersifat mengundang seperti, “Eh, di tempat saya ada air terjun yang keren banget lho. Mau naik gunung? Nah, ke tempat saya aja, dijamin puas dengan menaiki puncak Marapi, keren banget atau mau menjelajah hutan lumut? Ada gunung Singgalang tuh. Buat yang suka dengan wisata air juga ada Danau Singkarak” (promo wilayah Sumbar nih )” adalah beberapa cara sederhana untuk mempromosikan daerah kita kepada teman-teman se-Indonesia maupun luar negeri. Negeri ini butuh semangat-semangat kaum mudanya yang cinta akan negeri dan merasa bangga jadi warga Indonesia.
Prospek pariwisata yang dimiliki Indonesia sangat besar. Yang dibutuhkan saat sekarang adalah bagaimana kita bisa memanfaatkan aneka ragam kelebihan yang dimiliki tersebut secara sempurna. Kuncinya terletak pada pengelolaan dan pemberdayaan yang tepat guna. Ditunjang dengan dukungan dan kesadaran dari segenap rakyatnya.
Kita tidak perlu beranggapan bahwa sektor perekonomian kita melulu ditunjang dari sektor perdagangan, industri dan sektor keuangan. Namun sudah saatnya kita mulai mengembangkan sektor wisata sebagai salah satu aspek utama pendukung perekonomian kita yang sedang morat marit seperti saat ini.
Swiss sebagai salah satu negara di dunia yang jelas-jelas tidak terlalu memiliki kontur alam yang bisa dijadikan modal wisata mereka namun tetap dapat mengandalkan sektor tersebut dalam perekonomiannya melalui topografi penduduk dan kehidupan masyarakatnya yang dikemas dalam bentuk wisata kota tua. Suatu hal yang riskan rasanya bisa dimiliki oleh sebuah negara kecil seperti Swiss. Bercermin dari hal tersebut, kenapa Indonesia tidak bisa/mampu seperti itu? Kenapa kita selaku rakyat yang sangat mencintai negeri ini tidak bisa mewujudkannya? Kenapa kita tidak bisa memberikan rasa aman dan nyaman kepada para pengunjung yang ingin menikmati negeri ini? Bukankah dengan hal tersebut kita juga bisa mendapatkan keuntungan secara pribadi? Dan apakah akan selamanya kita terus memikul pola kehidupan primordial dan berfikir sempit? Tentunya masing-masing kita memiliki jawaban semuanya tersebut .
Oleh sebab itu, melalui tulisan singkat ini, saya mengajak semua pembaca untuk sadar akan potensi wisata negeri kita ini. Mari kita manfaatkan kekayaan alam negeri ini tanpa merusak sedikitpun sendi-sendi yang ada di dalamnya. Mari kita kunjungi dan jelajahi Indonesia sebelum menjelajahi negeri lain karena sesungguhnya Indonesia jauh lebih indah dan merupakan karunia terindah yang diberikan Tuhan di antara sebagian besar keindahan yang disuguhkan di sepanjang khatulistiwa. Kalau bukan kita yang akan mengunjungi, mengenal dan mempromosikan negeri kita sendiri, lalu siapa lagi? Ayoo, Visit Indonesia…!!!
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
Beautiful pictures...
Apa itu moto sendiri?
Saya rasa, orang Indo sndr kurang mengenal keindahan bangsanya sendiri...